PENERAPAN STANDAR PEMBANGUNAN KEBUN INDUK LADA
Pendahuluan
Tanaman lada merupakan tanaman tahunan memanjat. Sebagai tanaman memanjat dimorfik tanaman lada memilliki dua jenis sulur yaitu sulur panjat (orthotropic) dan cabang (auxillary plagiotrop). Sulur panjat memiliki nodus, akar lekat (adventif) dan daun. Cabang buah memiliki nodus dan daun tetapi tidak memiliki akar lekat. Akar lekat membantu sulur panjat untuk memanjat tiang panjat. Sulur panjat yang tidak melekat pada tiang panjat menggantung disebut dengan istilah sulur gantung. Selain itu terdapat sulur panjat yang merambat pada tiang panjat sehingga menjalar di permukaan tanah disebut dengan sulur cacing. Sulur gantung dan sulur cacing sama-sama tidak memiliki cabang buah. Nodus pada sulur cacing memiliki akar yang dapat tumbuh dan berkembang dalam tanah sedangkan pada nodus sulur gantung tidak memiliki akar.
Sulur merupakan bahan perbanyakan benih utama tanaman lada. Tanaman lada umumnya diperbanyak secara vegatatif. Dikenal dua jenis perbanyakan tanaman lada yaitu setek satu buku berdaun tunggal dan tujuh buku. Semua jenis sulur tanaman lada dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan. Sulur panjat, sulur gantung dan sulur cacing merupakan bahan perbanyakan untuk tanaman lada memanjat sedangkan sulur cabang untuk tanaman lada perdu. Sulur gantung dan sulur cacing tidak dianjurkan sebagai bahan perbanyakan karena sangat lambat membentuk cabang buah. Sulur panjat yang baik untuk perbanyakan benih selain memiliki keragaan tanaman yang sehat seperti daun yang hijau, penampang sulur yang sehat juga memiliki akar lekat yang tidak kering. Proses produksi benih merupakan langkah awal untuk menghasilkan tanaman lada yang berproduksi maksimal. Oleh karenanya bahan perbanyakan harus dihasilkan dari kebun induk.
Kebun induk merupakan kebun yang dirancang khusus dan dikelola sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Kebun induk harus terdaftar dan ditetapkan oleh badan yang ditunjuk oleh kementerian pertanian. Tulisan ini bertujuan untuk menginformasikan penerapan standar pembangunan kebun induk lada sesuai dengan Permentan nomor 10/Permentan/OT.140/1/2013 sebagai acuan bagi produsen benih lada.
Tanah, Iklim dan Lokasi
Kebun induk dibangun pada ketinggian tempat 0-500 m dari permukaan laut. Jenis tanah Ultisol, Inceptisol, Alfisol dan Andisol dengan tekstur pasir dan gembur. PH tanah berkisar 5-6,5. Tanah mengandung unsur hara N=0,27%, P2O5=0,29%, K2O=0,40%, MgO=0,18%, CaO=0,50% dan kandungan bahan organik > 2 %. Kebun memiliki sistem drainase yang baik, sehingga air tidak menggenang bila musim hujan dan tidak pecah dimusim kemarau. Lapisan olah tanah sekitar 1-2,5 m, kemiringan <15%. Suhu di kebun berkisar 230C - 30oC dengan kelembaban udara 70% - 90 %, curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun dengan hari hujan 110 – 170 hari dalam setahun, jumlah bulan kering 2-3 bulan/tahun. Selain persyaratan tanah dan iklim tersebut lokasi kebun harus berada pada tempat yang terbuka, bukan termasuk daerah endemik hama dan penyakit tanaman lada, dekat dengan jalan agar mudah melakukan pengangkutan dan pengawasan serta status tanah jelas.
Varietas anjuran
Varietas yang dgunakan merupakan benih bina yang telah dilepas oleh kementerian pertanian yaitu petaling 1, petaling 2, natar 1, natar 2, lampung daun kecil, chunuk, bengkayang, malonan 1 dan ciinten. Varietas natar 1 banyak ditanaman di daerah Lampung sehingga banyak diolah menjadi lada hitam. Memiliki produksi tinggi hingga 4 ton/ha serta moderate tahan busuk pangkal batang (BPB). Seperti halnya natar 1, natar 2 banyak ditemukan di Lampung dan sering diolah sebagai lada hitam. Memiliki produksi tinggi hingga 3,52 ton/ ha. Selain kedua varietas tersebut petani di Lampung banyak menggunakan Varietas Bengkayang dengan produksi tinggi mencapai 4,67 t/ha. Varietas petaling 1, petaling 2, lampung daun kecil, chunuk dan nyelungkup banyak dgunakan oleh petani di Bangka Belitung dan dioleh sebagai lada putih. Petaling 1 memiliki produksi 4,48 ton/ha. Petaling 2 dapat berproduksi mencapai 4,12 ton/ha dan moderate tahan busuk pangkal batang. Produksi chunuk hanya 1,97 ton/ha, namun keunggulannya berbuah terus menerus sepanjang tahun. Lampung Daung Kecil memiliki produksi cukup tinggi yaitu 3,86 t/ha dan toleran terhadap penyakit busuk pangkal batang. Varietas nyelungkup dapat berproduksi hingga 2 kg/pohon. Varietas Malonan 1 berasal dari Kalimantan Timur yang memiliki produksi 2,94 t/ha dan seperti halnya chunuk yang dapat berbuah terus menerus. Varietas Ciinten banyak digunakan oleh petani di Jawa Barat. Vareetas ini berproduksi tinggi hingga 3,12 ton/ha.
Pembangunan kebun
Pengolahan Tanah
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa pohon dan semua tunggul dan akar pohon dibongkar.
Design Kebun
Tata letak kebun harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk akses dan pemeliharan kebun serta terpenting adalah tidak acara campuran varietas dari blok varietas tertentu. Kebun induk dapat terdiri atas satu varietas atau beberapa varietas. Apabila terdiri atas beberapa varietas, kebun induk dibagi dalam beberapa blok yang berukuran 10 x 10 m berdasarkan varietas yang akan ditanam. Jumlah tanaman per blok 100-150 tanaman.
Pengajiran, Penanaman Pohon Panjat dan Pembuatan Lubang Tanam
Jarak tanam bisa lebih rapat yang digunakan 1,75 x 1,75 m atau 2 x 2 m. Tiang panjat yang digunakan adalah gamal (Glyricidia maculate) dan dadap cangkring (Erythrina fusca Lour) yang ditanam pada awal musim hujan. Pohon panjat diperbanyak dengan setek batang dengan panjang 2 m, diameter 5 cm, dan tidak terlalu tua atau terlalu muda. Lubang tanam lada dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm (panjang, lebar dan dalam) dengan jarak ± 10 cm disebelah timur pohon panjat. Tanah bekas galian dibiarkan selama ± 40 hari sebelum dilakukan penanaman benih lada. Kemudian setiap lubang tanam diisi dengan campuran tanah dan 5-10 kg pupuk kandang sapi atau kompos yang sudah matang sampai berbentuk guludan setinggi 25 cm. Perlu dibuat saluran pembuangan air diantara barisan tanaman dengan ukuran 30 x 20 cm (lebar x dalam) dan parit keliling kebun berukuran 40 x 30 cm (lebar x dalam).
Pembenihan
Persiapan Setek Lada
Setek lada diambil dari sulur panjat yang sudah berkayu berasal dari pohon induk varietas unggul berumur < 3 tahun (belum berproduksi), sehat, tanpa gejala serangan hama dan penyakit, lalu dicuci dengan air mengalir. Untuk memperbanyak lada dapat menggunakan setek 5-7 atau setek 1 ruas. Cara membuat setek 5-7 ruas yaitu:
1) Sulur dipotong-potong menjadi setek 5-7 ruas.
2) Setek dicelupkan ke dalam larutan fungisida Dethane M-45 selama lebih kurang 5 menit untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi penyakit.
3) Setek 5-7 ruas dapat langsung ditanam di lapangan.
Cara membuat setek 1 ruas yaitu:
1) Penggunaan setek satu ruas berdaun tunggal harus disemaikan terlebih dahulu pada polybag sampai tumbuh menjadi 5-7 ruas.
2) Setek panjang dipotong-potong menjadi setek satu ruas berdaun tunggal.
3) Kemudian direndam dalam larutan gula (1-2%) selama ½ - 1 jam, lalu disemai dalam polybag ukuran 10 x 12 cm yang berisi media tanam campuran tanah atas (top soil) dengan pupuk kandang dan pasir kasar atau sekam padi dengan perbandingan 2:1:1 atau 1:1:1.
4) Benih yang sudah ditanam dalam polybag disimpan ditempat persemaian yang ternaungi (intensitas sinar matahari 50-75%).
5) Naungan persemaian dapat terbuat dari daun kelapa, alang-alang atau paranet.
7)Untuk mempertahankan kelembaban lingkungan maka diperlukan sungkup plastik dengan kerangka bambu setinggi lebih kurang 1 m. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali dengan menggunakan embrat. Sungkup dibuka setiap pagi (jam 09.00-10.00) selama 1 jam.
8) Apabila telah tumbuh 2-3 daun baru, setiap benih harus diberi tegakan dari bambu agar terbentuk akar lekat. Sungkup plastik kemudian dibuka. Benih siap ditanam apabila setek telah tumbuh mencapai 5-7 ruas (Gambar 9).
Penanaman
Cara penanaman benih lada sebagai berikut:
1. Penanaman dilakukan pada saat musim penghujan.
2. Setek lada 5-7 ruas ditanam miring (30 – 45o) dalam alur mengarah pada pohon panjat. Sebanyak 3-4 ruas bagian pangkal daunnya dibuang kemudian dibenamkan ke dalam lubang tanam, sedangkan bagian atasnya (2-3 ruas berdaun) disandarkan pada pohon panjat kemudian diikat dengan tali. Tanah disekelilingnya dipadatkan dengan tangan.
3. Apabila menggunakan benih yang berasal dari polybag, polybagnya dibuang, sedangkan tanahnya harus tetap utuh menempel pada akar. Daun yang terdapat pada ruas 1-3 dari pangkal batang dibuang, benih kemudian ditanam pada lubang tanam. Sulur bagian atas diikat dengan tali pada pohon panjat.
4. Tanah disekelilingnya dipadatkan dengan tangan.
5. Benih yang telah ditanam diberi naungan, berupa daun alang-alang atau daun kelapa yang diikat pada pohon panjat. Setelah tanaman lada cukup kuat naungan dilepas.
6. Lakukan penyulaman apabila ada setek yang mati.
7. Dalam waktu 2-3 bulan telah tumbuh tunas-tunas baru yang selanjutnya menjadi sulur-sulur panjat lada.
8. Tanaman penutup tanah seperti Arachys pentoi pada areal diantara barisan tanaman lada yang dapat menghambat penyebaran penyakit dalam kebun.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan jika tidak turun hujan, air penyiraman diberikan dalam jumlah cukup. Penyiraman sangat diperlukan terutama pada periode kritis tanaman yaitu < 60 hari setelah tanam.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara rutin yaitu membersihkan sekitar pangkal batang tanaman lada antara 3-4 kali dalam setahun.
Pengikatan Sulur Panjat Lada
Sulur panjat harus selalu melekat pada pokok pohon panjat. Sulur panjat yang baru tumbuh diikat pada pokok tegakan dengan tali, pengikatan sulur dilakukan tepat dibawah bagian ruas agar setiap ruas sulur melekat pada pokok pohon panjat. Hanya 3 sulur panjat yang terbaik dipelihara dan sisanya dipangkas. Sulur tanah dan sulur cacing dibuang karena akan menghambat pertumbuhan ketiga sulur panjat.
Pemangkasan Sulur Panjat
Pemangkasan sulur panjat lada dilakukan bersamaan dengan panen setek pertama, yaitu setelah sulur mencapai 7-9 ruas (umur tanaman ± 7-9 bulan) pada ketinggian ± 30 cm dari permukaan tanah. Setelah dipangkas dari sulur tersebut akan tumbuh sulur-sulur baru. Hanya 3 sulur panjat yang terbaik dipelihara dan sisanya dibuang. Setiap kali setelah pemangkasan, bekas pangkasan harus diolesi fungisida untuk mencegah infeksi penyakit.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah pemangkasan sulur panjat. Jenis pupuk yang diberikan dapat berupa butiran seperti urea, SP-36 dan KCl atau pupuk bentuk tablet. Pada saat tanaman berumur kurang dari 1 tahun dosis pemupukan urea, SP-36 dan KCl masing-masing adalah 25 g, 12 g dan 5 g. Dosis pupuk urea, SP-36 dan KCl pada umur tanaman 1 -2 tahun masing-masing adalah 50 g, 24 g dan 10 g. Pada saat tanaman berumur lebih dari 2 tahun, dosis urea, SP-36 dan KCl adalah 75 g, 120 g dan 75 g. Pemupukan dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Pemangkasan Pohon Panjat (Tajar Hidup)
Pemangkasan pohon panjat dilakukan 2 kali setahun, yaitu pada awal dan akhir musim hujan dengan meninggalkan 2-3 cabang. Pemangkasan dilakukan 7-10 hari sebelum dilakukan pemupukan. Hasil pangkasan berupa biomas dapat digunakan sebagai mulsa yang diberikan pada guludan tanaman lada menjelang musim kemarau dan untuk bahan baku pembuatan kompos atau untuk pakan ternak.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Serangan OPT yang sering dijumpai pada kebun induk lada antara lain:
Pengendalian Hama
1) Penggerek Batang (Lophobaris piperis)
Larva kumbang moncong ini membuat lubang bulat dekat pangkal percabangan muda dan kemudian masuk dan menggerek kedalamnya. Pengendaliannya dengan cara memotong cabang terserang, dimasukkan dalam karung, dibawa keluar kebun kemudian dibakar. Atau menggunakan musuh alaminya yaitu Spathius piperis, Euderus sp., Dinarmus coimbatorensis, Eupelmus curculionis dan Beauveria bassiana.
2) Kutu Daun (Taxoptera auranti)
Kutu daun (Taxoptera auranti) memakan daun lada yang masih muda. Serangan kutu ini mengakibatkan daun lada menjadi kering, keriting dan akhirnya menghitam. Pengendalian menggunakan insektisida dimetoat dapat dilakukan dengan dosis sesuai dengan yang tertera di kemasannya.
3) Ulat Siput
Ulat siput dengan ciri berbelang belang, berduri dan berbulu lembut, serangannya bersifat mendadak dan besar-besaran yang diserang daun-daunnya sehingga bisa menimbulkan kerugian yang cukup besar dengan cara memakan daun- daun lada. Pengendalian dengan dimetoat dengan dosis sesuai dengan yang tertera dikemasannya diketahui cukup efektif mengendalikan hama ini.
Pengendalian Penyakit
1) Penyakit Busuk Pangkal Batang
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophtora capsici. Gejala tampak apabila pangkal batang sudah terinfeksi layu, daun tetap tergantung dan berubah warna menjadi coklat sampai hitam, pangkal batang berubah warna kulitnya menjadi hitam. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan pemberian musuh alaminya, yaitu Trichoderma harzianum. Diberikan awal musim hujan dengan cara disebar disekeliling pangkal batang.
2) Penyakit Keriting Daun (PKD)
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang dapat ditularkan oleh serangga Aphis spp. dan Orosius spp. Sampai saat ini belum ada cara yang efektif untuk mengendalikan penyakitini. Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut antara lain:
a. membongkar dan memusnahkan tanaman yang menunjukkan gejala penyakit keriting
b. mengendalikan populasi Aphis spp. dan Orosius spp. dengan menghindari pemakaian bahan tanaman yang berasal dari tanaman sakit.
3) Penyakit Kuning
Penyakit ini disebabkan oleh nematoda (Radopholus simillis dan Meloidogyne intognita) yang mengisap cairan diujung akar rambut ciri daun menguning lama-lama seluruh bagian tanaman berubah menjadi cokelat, serta akhirnya kering dan mati. Pengendalian dengan cara mengganti tanaman yang sakit dengan tanaman muda yang sehat. Sebelum penanaman dilakukan, lubang bekas tanaman lama dibakar agar sisa cacing dan telurnya terbunuh, kemudian disiram Karbofuran 3% dengan dosis sesuai dengan anjuran.
Panen Setek
Kebun induk mulai diambil/dipanen seteknya setelah sulur mencapai 7-9 ruas (umur 7-9 bulan). Sulur panjat dipangkas pada ketinggian ± 30 cm dari permukaan tanah. Selanjutnya panen setek dilakukan dengan interval 6-9 bulan. Semua bunga yang muncul harus dibuang, karena akan mempengaruhi pertumbuhan sulur utama. Setiap kali setelah panen setek, bekas pangkasan harus diolesi fungisida Mankozeb 80% untuk mencegah infeksi penyakit. Cara panen pertama setek lada. Untuk sumber benih hanya 3 cabang utama yang dipertahankan. Sulur-sulur dengan cabang-cabangnya yang baru dipanen segera dibawa ke tempat penyiapan benih. Sulur-sulur diletakkan di tempat teduh, kemudian di semprot dengan air dan ditutupi dengan daun pisang atau koran basah. Buang cabang-cabang pada sulur, kemudian sulur dipotong-potong menjadi 5-7 ruas atau 1 ruas berdaun tunggal. Setek yang telah terkumpul kemudian disortir dengan cara sebagai berikut:
1. Pilih setek yang kekar, gemuk, berwarna hijau tua sampai hijau kecokelatan dan agak mengayu.
2. Pada setiap ruasnya terdapat banyak akar.
3. Pada setiap ketiak daun terdapat mata tidur.
4. Daun pada setek tampak sehat, tidak terserang hama penyakit dan tidak ada gejala kekurangan unsur hara.
5. Setek yang terpilih selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dicelupkan dalam larutan fungisida.
Prosedur penetapan kebun induk lada
Permohonan Penetapan Kebun Induk Lada
1. Untuk penetapan kebun benih lada sebagai sumber benih, maka pemilik mengajukan permohonan penilaian kelayakan kebun sebagai Kebun Induk kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian di Jakarta dan untuk kebun entres kepada Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi. 2. Permohonan dilengkapi dengan riwayat pembangunan kebun induk/kebun entres meliputi (1) komposisi jenis klon yang ditanam, (2) sertifikat mutu benih yang ditanam, (3) tata letak kebun benih, (4) riwayat penanaman dan kondisi kebun (luas lahan, jumlah pohon, data produksi, umur tanaman, keterangan kondisi serangan hama dan penyakit utama, (5) status kepemilikan lahan calon kebun sumber benih (Format-9).
3. Permohonan diajukan saat kondisi tanaman minimal berumur 2 (dua) tahun setelah tanam.
Proses Penilaian Calon Kebun Benih
Berdasarkan permohonan pemilik kebun induk lada tersebut, maka dilakukan penilaian kelayakan Kebun Induk oleh Tim yang ditetapkan Direktur Jenderal Perkebunan dengan keanggotaan terdiri dari Direktorat Jenderal Perkebunan (Bagian yang menangani perbenihan komoditi terkait), Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP), Puslit/Balit terkait dan Dinas yang membidangi perkebunan provinsi/UPTD Perbenihan.
Penilaian kelayakan kebun induk yaitu proses penilaian kebun dari aspek administrasi dan aspek lapangan.
1. Penilaian Aspek Administrasi
Terdiri dari pemeriksaan dokumen pemohon berupa:
a. Tanda Registrasi Usaha Perbenihan (TRUP) bagi pengusaha perbenihan;
b. Surat keterangan yang memuat asal benih tetua, alat prosesing dan pergudangan yang dimiliki;
c. Sketsa peta lokasi, desain pertanaman, blok serta batas-batas areal;
d. Surat pernyataan dari pemohon yang menyatakan akan memenuhi ketentuan yang berlaku.
2. Penilaian Aspek Teknis
Penilaian teknis bertujuan menilai kelayakan teknis calon Kebun Benih di lapangan meliputi aspek kemurnian tanaman, kondisi kesehatan tanaman, produktivitas tanaman, dan kesesuaian persyaratan lokasi. Untuk penilaian ini langkah yang harus dilakukan yaitu pemurnian calon Kebun Benih.
3. Pemurnian Kebun Benih
Tujuan utama kegiatan pemurnian yaitu melakukan identifikasi tanaman calon Kebun Benih sesuai dengan jenis klon yang ditanam menurut komposisi yang dipilih sebagaimana jenis-jenis yang dianjurkan. Tingkat kemurnian Kebun Benih yaitu 100% terdiri atas jenis-jenis klon anjuran yang dipilih. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidak murnian klon pada areal calon kebun benih antara lain (1) ketidaktelitian saat pengambilan dan pengemasan entres yang digunakan sebagai bahan pembenihan, (2) kesalahan pelabelan benih, dan (3) kesalahan penanaman. Oleh karena itu pemurnian Kebun Benih dilakukan sedini mungkin setelah tanaman memasuki fase sekitar umur 6 – 8 bulan. Tanaman lada yang tidak sesuai dengan klon yang dianjurkan harus dihilangkan/dibongkar dan diganti dengan klon anjuran.
4. Penyusunan Berita Acara Hasil Pemurnian
Setelah proses pemurnian calon Kebun Benih selesai dilaksanakan oleh Tim kemudian disusun Berita Acara Hasil Pemurnian yang ditandatangani oleh anggota Tim. Berita Acara merekomendasikan status calon kebun benih layak/tidak layaknya sebagai kebun sumber benih disertai saran-saran yang harus ditindaklanjuti.
Penerbitan Keputusan Penetapan Kebun Sumber Benih
Calon Kebun Benih yang dinyatakan layak akan ditindaklanjuti dengan penetapan sebagai kebun sumber benih. Penetapan Kebun Induk lada dengan Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan, sedangkan penetapan Kebun Entres dengan Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan atau Keputusan Kepala Dinas provinsi yang membidangi perkebunan.
Pembinaan dan Pengawasan Peredaran Benih
Untuk menjamin kelayakan sumber benih perlu dilakukan evaluasi minimal 1 (satu) kali setiap tahun, yang dilaksanakan oleh Tim yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan monitoring dan evaluasi Kebun Benih yaitu Direktorat Jenderal Perkebunan dengan melibatkan Pengawas Benih Tanaman pada Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan atau UPTD yang menangani pengawasan peredaran dan mutu benih tanaman perkebunan di setiap provinsi, serta petugas yang berkompeten pada Balai Penelitian/Pusat Penelitian yang terkait. Apabila hasil evaluasi sumber benih tersebut tidak memenuhi standar, maka produksi benih untuk sementara dihentikan peredarannya sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Setelah ditetapkan sebagai Kebun Benih maka dilakukan pengawasan peredaran dan mutu benih oleh Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan atau UPTD yang menangani pengawasan peredaran dan mutu benih tanaman perkebunan.
Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Pertanian nomor 10/Permentan/OT.140/1/213 OT.140/1/2013 tentang pedoman teknis pembangunan kebun induk lada
Anonim. Perbandingan keunggulan 9 varietas lada. http://www.benihperkebunan.com /index.php/benih-unggul/262-perbandingan-keunggulan-9-varietas-lada